Kamis, 16 September 2021 14:09 Podomoro Feedmill
Peternak yang berpengalaman, mungkin sudah terbiasa dalam menentukan waktu panen ayam broiler. Namun, beda lagi dengan peternak pemula, menentukan waktu panen bukanlah hal yang mudah dan tentu dibutuhkan lebih banyak informasi terkait pelaksanaannya. Berikut ini beberapa poin penting bagaimana cara menentukan panen ayam dan menjadi pertimbangan bagi peternak ayam broiler pemula.
Poin Penting Menentukan Umur Panen
Dalam menentukan waktu panen ayam broiler harus ada beberapa pertimbangan. Waktu yang tepat untuk menjual ayam broiler akan menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh peternak. Berikut beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan :
1. Nilai FCR (Feed Convertion Ratio)
Feed convertion ratio (FCR) atau nilai konversi pakan, yang menunjukkan perbandingan antara jumlah kilogram (kg) pakan yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan 1 kg bobot badan.
Rumusnya adalah :
FCR =Jumlah ransum yang dikonsumsi (kg) / Bobot badan yang dihasilkan (kg), atau
FCR = Feed Intake (kg) / BW (kg)
Feed intake adalah konsumsi pakan per ekor, sedangkan BW adalah bobot rata-rata ayam.
Semakin besar hasil FCR, maka efisiensi penggunaan pakan semakin kurang baik, begitu pula sebaliknya. Biasanya suatu pihak perusahaan sudah menentukan standar nilai FCR agar peternak bisa memantau FCR ayam broiler setiap minggunya.
Pertumbuhan ayam broiler secara optimal terjadi pada minggu ke-4 hingga ke-6 pemeliharaan. Artinya pada minggu tersebut, nilai FCR mendekati standar. Namun pada umur 7-8 minggu, pertumbuhan bobot badan hariannya tidak seimbang dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Akibatnya nilai FCR semakin membengkak. Dalam kondisi tersebut, maka akan lebih menguntungkan jika ayam broiler dipanen lebih awal.
2. Kenali Kebutuhan Pasar
Sampai saat ini peternak ayam broiler memanen ayamnya sekitar umur 30-35 hari dengan bobot hidup antara 1,5-2,0 kg/ekor ayam. Namun, waktu panen bisa diatur dengan pencapaian bobot badan sesuai terget kebutuhan pasar (konsumen). Konsumen rumah tangga di Indonesia kebanyakan menyukai ayam broiler ukuran kecil (1-1,5 kg). Sedangkan ukuran besar lebih disukai pihak pengolahan makanan tertentu (sate dan opor) serta industri pengolahan daging ayam (nugget dan sosis). Jika ikut kemitraan (sistem mitra) akan lebih mudah pemasarannya, karena secara langsung diambil olah pihak inti (perusahaan yang diajak bekerja sama) dengan harga sesuai kontrak diawal.
3. Harga Jual di Pasar
Fluktuasi (naik turun) harga jual ayam broiler di pasaran, akan menjadi pertimbangan waktu umur panen. Misalnya, di pasaran sedang terjadi kenaikan harga jual ayam pada hari-hari besar agama (idul fitri), maka periode pemeliharaan bisa disingkat atau dijual diawal dengan garis besar bobot badan sudah mencapai target pasar agar keuntungan yang diperoleh lebih besar. Selain itu, dapat dijadikan strategi pemeliharaan untuk kedepannya dengan memperkirakan harga jual ayam tinggi di hari-hari tertentu.
4. Kesehatan Ayam
Terjadinya serangan penyakit pada ayam menjadi pertimbangan ekonomis, seperti pengeluaran biaya pengobatan dan biaya pakan selama ayam sakit. Selain itu, risiko penurunan bobot badan dan juga kematian. Contoh kasusnya adalah, ayam broiler terserang penyakit colibacillosis umur 32 hari (umur panen ± 35 hari). Dengan kondisi seperti itu, dianjurkan ayam tersebut dipanen daripada diobati. Alasannya, karena di umur tersebut bobot badan ayam sudah hampir mencapai berat penjualan.
Sebaiknya peternak pemula ayam broiler membuat perencanaan yang matang, khususnya dalam menentukan waktu panen. Sehingga apa yang diharapkan dari usaha beternak ayam broiler dapat tercapai optimal. Semoga bermanfaat.
Baca juga : https://podomorofeedmill.com/info/ayam-suka-makan-kerikil-benarkah