Pentingnya Monitoring Kesehatan Ayam

Rabu, 17 November 2021 10:11 Podomoro Feedmill

Ketepatan diagnosa penyakit merupakan salah satu kunci penting dalam penanganan/pengobatan penyakit...

Monitoring kesehatan ayam adalah upaya pengawasan dan evaluasi kondisi ayam yang dilakukan secara rutin (aktivitas rutin) untuk mengetahui kondisi ayam sehat/sakit. Monitoring juga dapat dikatakan early warning sistem (sistem peringatan dini). Langkah monitoring kesehatan ayam dapat membantu ketepatan diagnosa suatu penyakit. Ketepatan diagnosa penyakit merupakan salah satu kunci penting dalam penanganan/pengobatan penyakit.

 

 

 

Monitoring Berujung Diagnosa Penyakit

 

Diagnosa penyakit hewan (ayam) merupakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang seorang tenaga lapangan atau dokter hewan. Tetapi, sering kali tenaga lapangan atau dokter hewan kurang menjangkau peternak sehingga peternak harus bisa menyiasatinya dengan memonitoring ayam secara rutin. Selanjutnya tenaga lapangan atau dokter hewan akan menggali informasi kondisi ayam dari peternak  (hasil monitoring/anamnesa).

 

1. Anamnesa

 

Anamnesa (informasi dari peternak) bertujuan untuk mendapatkan informasi yang digunakan sebagai panduan awal diagnosa penyakit. Anamnesa dapat dilakukan dengan mempelajari catatan pemeliharaan (data recording) atau informasi dari petugas kandang. Data-data yang perlu dikumpulkan adalah jenis dan umur ayam, jumlah populasi, program vaksinasi dan pemberian obat/vitamin, tingkat nafsu makan, berat badan (sampling 10 ekor minggu awal), tingkat produktifitas/performa, serta tingkat kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Informasi tersebut dapat diperoleh langsung dari peternak atau tenaga kandang.  

 

2. Pengamatan Gejala Klinis

 

Pengamatan langsung terhadap kondisi ayam di kandang perlu dilakukan, untuk mengetahui ayam sehat/sakit. Gejala klinis merupakan gejala/perubahan-perubahan yan ditunjukkan tubuh ayam dan dapat diamati dari luar/fisik. Pengamatan gejala klinis dapat dilakukan dengan cara:

a. Inspeksi (Melihat), melihat kondisi ayam dan kondisi kandang.

b. Palpasi (Meraba), pemeriksaan dengan menggunakan telapak tangan/punggung tangan.

c. Perkusi (Mengetuk/dipukul), misalnya memukul abdomen ayam biasanya berisi angin atau air.

d. Auskultasi (Mendengar), pemeriksaan dengan menggunakan indera pendengaran (ayam ngorok/tidak).

 

3. Pemeriksaan Bedah Bangkai (Nekropsi)

 

Untuk melakukan pemeriksaan bedah bangkai (nekropsi), harus ayam yang baru saja mati atau dimatikan kurang dari 2 jam. Teknik untuk mematikan/membunuh ayam ada beberapa cara seperti menyembelih, merusak otak, emboli (jantung, vena sayap, otak) dan dekapitasi/memutuskan tulang leher pertama dengan tulang kepala. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko sebagai sumber penularan.

 

Organ tubuh yang perlu diamati adalah :

a. Otot dan kulit.

b. Organ pernapasan seperti rongga hidung (sinus), kantung udara, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru.

c. Organ pencernaan seperti mulut, esofagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus/gizzard/ampela, usus, hati, dan pankreas.

d. Organ sirkulasi darah, misalnya jantung.

e. Organ limphoid (kekebalan) seperti bursa fabricius, limpa, thymus, payer pathces, dan lain-lain.

f. Organ reproduksi seperti ovarium dan oviduk.

g. Organ saraf seperti otak dan saraf di dalam otot paha/nervus ischiadicus.

h. Organ urinaria, misalnya ginjal.

i. Organ lainnya seperti rongga perut dan lemak perut.

 

Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, terkadang  masih ragu untuk menentukan diagnosa penyakit. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis dan perubahan organ yang hampir sama. Sebagai contoh penyakit ND dan AI. Untuk membantu menentukan penyakit perlu dilakukan uji laboratorium. Semoga bermanfaat.

Baca juga : https://podomorofeedmill.com/info/telur-dibuahi-dan-tidak-dibuahi-oleh-ayam-pejantan-apa-bedanya

 

 

Bagikan :