Jumat, 14 Februari 2025 10:02 Podomoro Feedmill
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah
penyakit hewan yang serius dan sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh
virus yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, domba, kambing, unta,
rusa, dan babi. Namun, PMK tidak memengaruhi kuda, zebra, anjing, maupun
kucing. Penyakit ini dapat melemahkan hewan secara signifikan, yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan produksi daging dan susu. Pada hewan muda, PMK
bahkan bisa berakibat fatal maka PMK menjadi salah satu penyakit hewan yang
paling ditakuti oleh para peternak.
Penyebab Penyakit Mulut dan Kuku
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
disebabkan oleh virus Aphthovirus, yang sangat menular. Terdapat 7 jenis utama
virus PMK yang diketahui, yaitu A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1, dengan
lebih dari 60 subtipe. Virus ini dapat menyebar melalui napas, air liur, urin,
dan ekskresi lain dari hewan yang terinfeksi. Dalam kondisi tertentu, virus PMK bahkan bisa
menyebar melalui angin, enyebaran juga dapat terjadi melalui inseminasi buatan
atau bahan biologis yang terkontaminasi, seperti hormon dan vaksin. Virus ini mampu bertahan lama di lingkungan
serta tetap hidup dalam tulang, kelenjar susu, dan produk susu. Masa inkubasi
penyakit ini berkisar antara 1 hingga 14 hari. Tingkat kesakitan pada hewan
yang terinfeksi dapat mencapai 100%, sementara angka kematian cenderung tinggi
pada hewan muda atau anak
Gejala Penyakit Mulut dan Kuku
Masa inkubasi virus PMK pada hewan
rentan berkisar antara dua hingga delapan hari, meskipun virus dapat bertahan
hingga 21 hari setelah infeksi. Hewan yang terinfeksi mulai dapat menularkan
virus satu hingga dua hari sebelum munculnya gejala klinis dan tetap menular
selama tujuh hingga sepuluh hari setelah gejala muncul. Menurut Organisasi
Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE), tingkat keparahan gejala dipengaruhi oleh
jenis virus, tingkat paparan, usia dan spesies hewan, serta kondisi kekebalan
inang.
Hewan yang terinfeksi PMK, seperti
sapi, babi, domba, kerbau, rusa, unta, dan kambing, umumnya akan mengalami
gejala awal berupa demam, produksi air liur berlebih, serta penurunan aktivitas
atau enggan bergerak. Virus ini juga menyebabkan munculnya lepuh berisi cairan
(vesikel) pada bibir, lidah, langit-langit mulut, kaki, dan puting. Lepuh-lepuh
ini kemudian pecah, meninggalkan borok yang menyakitkan yang memerlukan waktu
hingga 10 hari untuk sembuh. Gejala umum lainnya yang sering ditemukan pada PMK
meliputi:
1) Terdapat demam (pyrexia) hingga
mencapai 41°C dan menggigil
2) Mengalami anorexia (tidak nafsu
makan)
3) Penurunan produksi susu yang drastis
pada sapi perah untuk 2-3 hari
4) Keluar air liur berlebihan
(hipersativasi)
5) Saliva terlihat menggantung, air liur
berbusa di lantai kandang.
6) Pembengkakan kelenjar submandibular.
7) Hewan lebih sering berbaring
8) Luka pada kuku dan kukunya lepas.
9) Menggeretakan gigi, menggosokkan
mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki.
10) Efek ini disebabkan karena vesikula
(lepuhan) pada membrane mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong,
bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku, dan sela antar kuku.
11) Terjadi komplikasi berupa erosi di
lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu
permanen,
12) Mengalami myocarditis dan abotus
kematian pada hewan muda,
13) Kehilangan berat badan permanen,
kehilangan kontrol panas.
Pencegahan Penularan dan Penyebaran
Virus PMK
1. Setiap ternak yang baru masuk ke
lokasi peternakan perlu ditempatkan terlebih dahulu di kandang karantina atau
isolasi selama 14 hari, dengan pengamatan yang intensif terhadap gejala
penyakit.
2. Jika ditemukan gejala klinis
penyakit, segera pisahkan ternak tersebut dan tempatkan di kandang isolasi
untuk penanganan lebih lanjut oleh petugas kesehatan hewan, serta laporkan
kejadian tersebut ke dinas peternakan setempat.
3. Perlindungan pada zona bebas penyakit
dapat dilakukan dengan membatasi pergerakan hewan, melakukan pengawasan lalu
lintas hewan, dan melaksanakan survey secara rutin.
4. Ternak yang terinfeksi, yang baru
sembuh, dan hewan-hewan yang kemungkinan terkontaminasi dengan agen penyebab
PMK harus dipotong. Serta bangkai, sampah dan seluruh produk hewan pada area
yang terinfeksi juga harus dimusnahkan. Selain itu, pemasukan ternak baru dari
daerah yang tertular harus dilarang.
5. Untuk peternakan yang dekat dengan
daerah tertular, disarankan untuk melaksanakan vaksinasi dengan vaksin virus
aktif yang mengandung adjuvant. Kekebalan yang terbentuk akan bertahan selama 6
bulan setelah dua kali pemberian vaksin, meskipun sebagian besar bergantung pada
kecocokan antara vaksin dan strain virus yang sedang mewabah.
Pengobatan dan Pengendalian
Bagi ternak yang telah terinfeksi
virus, terdapat beberapa metode alternatif untuk pengobatan dan pengendalian,
yaitu sebagai berikut:
1. Pemotongan dan pembuangan jaringan
tubuh hewan yang terinfeksi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.
2. Kaki yang terinfeksi dapat diterapi
dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat sebagai alternatif pengobatan.
3. Injeksi intravena dengan preparat
sulfadimidine juga diketahui efektif dalam pengobatan PMK.
4. Selama proses pengobatan, hewan yang
terinfeksi harus dipisahkan dari hewan sehat dan ditempatkan di kandang
karantina yang terpisah untuk menghindari penularan.
5. Hewan yang tidak terinfeksi harus
ditempatkan di lokasi yang kering, dibatasi pergerakannya, dan diberikan pakan
yang cukup untuk mendukung sistem kekebalan tubuh mereka.
6. Untuk pencegahan PMK pada ternak
sapi, pada kaki hewan sehat dioleskan larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama
satu minggu. Setelah itu, terapi dilakukan seminggu sekali sebagai langkah
pencegahan yang efektif.