Pengaruh Daur Ulang Litter Terhadap Kualitas Litter

  • Rabu, 14 April 2021 15:04
  • Podomoro Feedmill
Pembahasan ini menurut penelitian Livestock and Animal Research (2020), yang berjudul...

Umumnya peternak menggunakan litter (alas kandang) dari sekam padi. Namun, seiring dengan penurunan lahan persawahan dan persaingan pemanfaatan sekam untuk usaha kegiatan lain (non perunggasan), mengakibatkan sekam padi sulit didapat dan harganya mahal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan kembali litter yang telah digunakan (recycle). Pembahasan ini menurut penelitian Livestock and Animal Research (2020), yang berjudul “Pengaruh daur ulang litter terhadap kualitas litter dan udara dalam pemeliharaan broiler”. Penelitian ini dilakukan pada kandang closed house.

 

1. Fermentasi Litter

 

Fermentasi litter merupakan mendaur ulang liter bekas dari peternakan ayam (periode sebelumnya). Kemudian litter dibersihkan dari bulu, litter menggumpal, dan benda asing lainnya menggunakan alat pemisah manual. Selanjutnya litter ditumpuk dan ditutup mengunakan plastik atau terpal sehingga dalam keadaan anaerob (tanpa udara). Diamkan selama 7-10 hari sampai proses fermentasi sempurna. Pada hari terakhir litter dibongkar, selanjutnya litter bisa dianginkan selama 2 hari atau  dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari.

 

2. Kualitas Litter

 

Parameter kualitas litter meliputi kadar air, total bakteri, struktur pori-pori litter, dan daya serap litter.

 

a. Struktur Pori-pori Litter

 

Struktur pori-pori litter yang telah didaur ulang diamati menggunakan mikroskop elektron jenis Scanning Electron Microcope (SEM). Hasil luas permukaan dari litter baru (LB), litter fermentasi pengeringan matahari (LFPM), dan litter fermentasi pengeringan dianginkan (LFPA) relatif sama dan struktur pori-pori litter juga tidak tertutup. Pada permukaan litter yang difermentasi terlihat adanya proses degradasi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri pengurai.

 

       Litter Baru LFPM  LFPA

Gambar : Struktur pori-pori litter dengan 2000x pembesaran. a. LB, b. LFPM,  c.LFPA

 

b. Total Bakteri

 

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa total bakteri pada litter yang telah didaur ulang (LFPM dan LFPA) lebih rendah dibandingkan dengan litter bekas. Proses fermentasi litter dan pengeringan matahari dapat menurunkan total bakteri sampai dengan 57.75%. Fermentasi litter dan pengeringan dengan dianginkan dapat menurunkan total bakteri litter sampai dengan 41%.

 

c. Kadar Air dan Daya Serap

 

Kadar air yang rendah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan litter yang baik. Kadar air berpengaruh terhadap kemampuan menyerap suatu bahan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara litter baru dan litter daur ulang. Kadar air litter yang baik untuk digunakan sebagai alas kandang apabila kurang dari 25%. Semakin rendah kadar air dalam litter maka kemampuan menyerapnya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.

 

3. Kualitas Udara

 

Parameter kualitas udara meliputi kadar amonia, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan debu total.

 

a. Amonia (NH3)

 

Berdasarkan hasil penelitian, kadar amonia tertinggi pada perlakuan LFPA sebesar 5,28 ppm, selanjutnya LFPM 2,24 ppm, dan terendah pada LB 1,49 ppm. Maka, kadar amonia dari penelitian ini masih dalam ambang batas normal. Ambang batas adalah tingkatan batas yang masih dapat diterima atau ditoleransi. Ambang batas amonia dalam pemeliharaan broiler adalah 25 ppm. Kadar amonia di atas ambang normal akan menyebabkan iritasi mata, gangguan saluran pernapasan, dan efek negatif lainnya.

 

b. Hidrogen Sulfida (H2S)

 

Hidrogen Sulfida merupakan salah satu senyawa sulfur yang mudah menguap, sangat berbau, tidak berwarna, dan larut dalam air. Berdasarkan hasil penelitian, kadar H2S dari litter baru dan daur ulang relatif sama. Pada perlakuan LB kadar H2S 0,0032 ppm, LFPM 0,0039 ppm, dan LFPA 0,0032 ppm. Kadar H2S dalam penelitian ini tergolong rendah dan masih dalam ambang batas normal, ambang batas H2S untuk ayam adalah 0,02 ppm.

 

c. Karbon dioksida (CO2)

 

CO2 merupakan gas tidak bewarna dan tidak berbau yang dihasilkan dari proses respirasi ternak sebagai hasil akhir dari proses metabolisme dan kotoran. Hasil analisis kualitas udara menunjukkan terjadi peningkatan kadar CO2 pada kandang yang menggunakan litter daur ulang. Pada perlakuan LB sebesar 0,026 ppm, LFPM 0,039 ppm, dan LFPA sebesar 0,042 ppm. Kadar CO2 dalam penelitian ini tergolong rendah dan masih dalam ambang batas normal. Ambang batas CO2 di lingkungan peternakan yaitu 3000 ppm.

 

d. Debu Total

 

Debu merupakan partikel kecil yang berukuran kurang dari 100 µm. Debu pada peternakan berasal dari litter, pakan, bulu yang rusak, dan kotoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar debu paling tinggi pada perlakuan LB 9,30 mg/Nm3, selanjutnya LFPM 4,65 mg/Nm3, dan terendah pada LFPA 1,21 mg/Nm3. Debu total dalam penelitian ini masih jauh di bawah ambang batas normal, sehingga tidak sampai mengganggu kesehatan dan performa ternak. Standar baku mutu PP RI No.41 Tahun 1999 yaitu sebesar 230 mg/Nm3.

 

Jadi, berdasarkan penelitian dari Livestock and Animal Research (2020), litter bekas yang telah diolah dengan fermentasi dapat digunakan kembali sebagai litter broiler dengan kualitas yang sama dengan litter baru. Semoga bermanfaat.

 

Baca juga : Tips Menjaga Litter Tetap Kering