Mikotoksin Pada Pakan Unggas, Sebabakan Mikotoksikosis

  • Rabu, 09 Februari 2022 15:02
  • Podomoro Feedmill
Mikotoksin (racun jamur) merupakan hasil sekunder metabolisme jamur yang bersifat racun (toksik) dan...

Mikotoksin (racun jamur) merupakan hasil sekunder metabolisme jamur yang bersifat racun (toksik) dan sangat stabil. Sehingga, mikotoksin sangat sulit dihilangkan bahkan dengan pemanasan suhu tinggi. Disamping itu, mikotoksin juga bersifat akumulatif di dalam tubuh, sehingga paparan dalam jangka panjang akan berefek negatif pada tubuh unggas. Beberapa jenis jamur dapat menghasilkan mikotoksin, antara lain Aspergillus, Fusarium dan Penicilium.

 

Ayam makan 

 

Mikotoksikosis Pada Unggas

 

Mikotoksikosis adalah penyakit pada unggas karena mengonsumsi pakan atau bahan pakan yang tercemar mikotoksin. Sampai saat ini, penanganan mikotoksikosis pada unggas sering kali terlambat dan kadang terabaikan. Mengingat skala prioritas dalam pengobatan unggas lebih fokus ke penyakit bakteri, virus, dan parasit lainnya. Padahal jika tercemar sedikit saja pada pakan, maka peternak dipastikan akan merugi karena pakan merupakan biaya tertinggi dalam produksi peternakan unggas.

 

Gejala Akibat Infeksi Mikotoksin

 

Mikotoksin yang sering terjadi dihasilkan oleh Aspergilus fumigatus, dimana sering mengontaminasi bahan pakan terutama jagung di tempat penyimpanan pakan. Inilah gejala yang timbul pada ayam jika pakan yang dikonsumsi sudah tercemar mikotoksin.

 

1. Dalam bentuk akut (gejala muncul tiba-tiba), ayam umur 3-5 hari setelah chick-in kandang mengalami gejala kesulitan bernapas, bernapas dengan mulut (panting) dengan frekuensi yang cukup sering, tapi tidak terdengar ngorok. Ayam yang terinfeksi berat akan mati dengan mortalitas 5%-20%. Saat melakukan bedah bangkai akan terlihat kondisi hati membesar, rapuh, dan pucat.

2. Dalam bentuk kronis, tergantung dari kadar dan lamanya cemaran mikotoksin. Gejala yang timbul seperti ayam lemas tidak nafsu makan, sianosis / kebiruan pada bagian kulit kepala/jengger dan berlanjut kematin. Biasanya mortalitas kurang dari 5%.

3. Pencapaian pertumbuhan bobot badan tidak maksimal, disertai pertumbuhan ayam yang tidak seragam. Hal ini terjadi karena, organ yang dipengaruhi mikotoksin adalah saluran pencernaan unggas.

4. Penurunan produksi telur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini terjadi karena mikotoksin menghambat proses pematangan sel telur.

 

Toxin Binder Solusi Efektif Mengatasi Mikotoksin

 

Mikotoksin memiliki sifat kimiawi yang sangat stabil dan dengan kadar berapapun akan memberikan dampak negatif terhadap performa ayam karena sifatnya yang terakumulasi di dalam tubuh. Mikotoksin ini bisa dipastikan seperti bahaya yang tersembunyi. Perlakuan fisik seperti pemanasan maupun secara kimiawi untuk menurunkan level mikotoksin terbukti tidak efektif, mahal, dan berpengaruh negatif terhadap kandungan nutrisi di dalam pakan. Penambahan toxin binder menjadi solusi efektif dan paling banyak dilakukan untuk mengikat mikotoksin sehingga tidak “aktif” saat berada di dalam saluran pencernaan.

 

Pencegahan Kontaminasi Mikotoksin

 

Pencegahan kontaminasi mikotoksin pada pakan maupun bahan baku pakan perlu dilakukan secara terpadu dan menyeluruh.

 

1. Peternak harus melakukan seleksi dalam pengadaan bahan baku pakan terutama jagung, misalnya pemilihan bentuk fisik yang baik sesuai standart.

2. Melakukan sanitasi rutin pada alat produksi pakan (Self mixing).

3. Mempertahankan kadar air pakan kurang dari 14%.

4. Manajemen pemberian pakan dan air minum yang baik (pembersihan tempat pakan, air minum dan karung yang digunakan untuk mengangkut pakan).

5. Manajemen penyimpanan pakan yang baik (suhu, kelembapan, sirkulasi udara).

6. Perbaikan manajemen pemeliharaan.

7. Penggunaan pallet di gudang pakan.

8. Menerapkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (first expired first out).

9. Pemberian multivitamin pada ayam untuk menekan kerugian karena mikotoksin. 

10. Pemberian antibiotik untuk menekan penyakit pernapasan dan penyakit pencernaan akibat infeksi mikotoksin ataupun infeksi sekunder.

 

Jika diperlukan bisa ditambahkan mold inhibitor untuk menghambat pertumbuhan jamur dengan menggunakan asam propionat (dosis 0,5-1,5 g/kg pakan), gentiana violet (0,5-1,5 g/kg pakan) atau thiabendazole (100 mg/kg pakan). Semoga bermanfaat.

Baca juga : https://podomorofeedmill.com/info/ayam-tukung-unggas-lokal-kalimantan-barat