Ayam Tukung, Unggas Lokal Kalimantan Barat
Indonesia mempunyai banyak varietas ayam lokal yang memiliki ciri khas unik, dan tersebar disuluruh wilayah Indonesia. Berbagai jenis ayam lokal baik yang asli maupun hasil adaptasi di Indonesia merupakan aset sumber daya genetik untuk pembentukan bibit unggul ayam lokal yang mampu beradaptasi pada lingkungan setempat. Salah satunya adalah ayam Tukung yang menjadi sumber daya genetik unggas lokal yang berasal dari Kalimantan Barat dan sangat berpotensial untuk dikembangkan.
Wilayah Penyebaran Ayam Tukung
Penyebaran ayam Tukung meliputi wilayah Kabupaten Sambas, seperti daerah Selakau, Pemangkat, Tebas, dan Sambas, wilayah Kabupaten Bengkayang, Wilayah Kota Singkawang, Wilayah Kabupaten Pontianak dan yang masih eksis saat ini terdapat di Kabupaten Landak, khususnya di Kecamatan Mempawah Hulu. Beberapa para ahli menyebutkan keberadaan ayam Tukung berada didaerah hulu, seperti Kabupaten Sanggau,Sintang hingga Kapuas Hulu.
Sejarah Ayam Tukung di Kalimantan Barat
Menurut kepercayaan Pemangku Adat (Temenggung) Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, meyakini bahwa ayam Tukung berasal dari ayam Tabulangking. Ayam Tabulangking adalah sejenis ayam hutan yang hidup liar di hutan-hutan Kalimantan Barat. Ayam ini memiliki penampilan seperti burung puyuh dengan ukuran tubuh lebih besar dari burung puyuh yang biasa dibudidayakan sekarang jenis Coturnix coturnix japonica. Menurut para ahli ayam Tukung merupakan hasil persilangan antara ayam kampung dengan ayam Tabulangking.
Karakteristik Ayam Tukung
1. Ciri spesifik ayam Tukung adalah tidak memiliki tulang ekor sehingga ayam Tukung tidak memiliki bulu ekor.
2. Ayam Tukung mirip seperti burung puyuh besar akan tetapi berpenampilan seperti ayam kampung, dengan kepala yang relatif lebih kecil dan jengger berbentuk bunga (pea).
3. Warna bulu badan kombinasi warna merah, kuning hitam, hitam, hitam coklat dan putih, serta kompinasi dari warna tersebut.
4. Warna bulu leher merah kuning dan hitam.
5. Berat badan ayam Tukung saat dewasa pada ayam jantan sebesar 1,7–2,5 kg sedangkan pada ayam betina sebesar 1,2–1,7 kg.
6. Warna kerabang telur pada ayam Tukung berwarna putih kecoklatan hampir sama dengan warna kerabang telur ayam lokal lainnya.
7. Berat telur ayam Tukung 47 gram sedangkan untuk ayam kampung 37,2 -43,6 gram.
Produktivitas Ayam Tukung
Ayam Tukung memiliki jumlah telur antara 6 sampai 12 butir, dengan rata-rata jumlah produksi telur 10 butir per periode bertelur. Jumlah rata-rata produksi telur ayam Tukung sedikit lebih rendah dari ayam kampung yang rata-rata berjumlah 12 butir per ekor. Daya tetas telur ayam Tukung sekitar 84,28% sedangkan pada ayam kampung sekitar 73,62%. Jumlah periode bertelur pada ayam Tukung 4 kali, sedangkan pada ayam kampung 6 kali.
Rendahnya rata-rata produksi telur ayam Tukung dapat disebabkan tidak terdapatnya bulu ekor yang secara alami dapat membantu melindungi dan menghangatkan telur pada masa mengerami. Tanpa adanya bulu ekor, ayam Tukung beradaptasi dengan mengurangi jumlah produksi telur sesuai dengan jumlah telur yang mampu dierami.
Jenis Pakan Ayam Tukung
Ayam Tukung dan ayam kampung di Kalimantan Barat diberikan jenis pakan yang sama. Jenis pakan yang diberikan untuk ayam Tukung dan ayam kampung antara lain ubi kering, beras, dedak, cacing, nasi, belalang, serangga lainnya, dan rumput. Untuk ayam Tukung cenderung lebih suka mengkonsumsi rumput, daripada ayam kampung biasa. Kebiasaan ayam Tukung makan rumput diduga terdapat sedikit perbedaan morfologis dan fisiologis pencernaan antara ayam Tukung dengan ayam kampung.
Ayam Tukung sebagai ayam lokal Kalimantan Barat keberadaannya sudah mulai langka. Potensi genetis ayam Tukung perlu dikembangkan secara sistematis untuk memunculkan sifat unggulnya. Semoga bermanfaat.
Baca juga : https://podomorofeedmill.com/info/tampilan-fisik-ayam-pullet-yang-berkualitas