Dampak Kontaminasi Jamur Dan Mikotoksin Pada Pakan

Rabu, 05 Februari 2025 09:02 Podomoro Feedmill

Saat musim penghujan berlangsung, peternak menghadapi kesulitan dalam memperoleh bahan pakan, terutama jagung dengan kadar air rendah. Kadar air sangat memengaruhi masa

Saat musim penghujan berlangsung, peternak menghadapi kesulitan dalam memperoleh bahan pakan, terutama jagung dengan kadar air rendah. Kadar air sangat memengaruhi masa simpan di gudang pakan, di mana idealnya berada di bawah 14%. Apalagi, dengan intensitas hujan yang tinggi, proses penanganan jagung pascapanen, terutama bagi petani yang masih mengandalkan sinar matahari, menjadi lebih sulit untuk menurunkan kadar airnya. Selain itu, buruknya manajemen penyimpanan pakan juga dapat memicu pertumbuhan jamur dan mikotoksin. Kelembapan yang meningkat serta adanya rembesan air hujan di area kandang menciptakan kondisi yang ideal bagi jamur untuk tumbuh dengan mudah.

 

Dampak Kontaminasi Jamur dan Mikotoksin

 

1.      Penurunan Kualitas Pakan

 

Kontaminasi jamur dan mikotoksin dapat menyebabkan penurunan kualitas pakan. Contohnya, pada jagung yang terkontaminasi jamur, kandungan nutrisinya akan berkurang. Tingkat penurunan nutrisi ini dipengaruhi oleh banyaknya jamur yang menginfeksi bahan pakan atau pakan tersebut.

 

Semakin tinggi tingkat kontaminasi jamur, semakin besar pula penurunan kandungan nutrisinya. Hal ini disebabkan oleh jamur yang membutuhkan nutrisi untuk tumbuh dan berkembang, sehingga mengambil kandungan nutrisi dari bahan pakan atau pakan yang terkontaminasi. Sebagai ilustrasi, perbandingan kandungan nutrisi antara jagung standar dengan jagung berjamur dapat dilihat pada Tabel 1.

Selain itu, bahan pakan atau pakan yang terkontaminasi jamur akan menghasilkan racun jamur (mikotoksin). Mikotoksin memiliki sifat yang relatif stabil dalam bahan pakan dibandingkan jamur, di mana jamur dapat berkurang saat terpapar suhu tinggi (pemanasan).

 

Tingkat kontaminasi mikotoksin perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada ternak yang paling sensitif seperti unggas dan babi. Ada lima jenis mikotoksin yang umum ditemukan dalam bahan pakan atau pakan ternak, yaitu aflatoksin, okratoksin, trikotesena, zearalenon, dan fumonisin. Sebagian besar kontaminasi mikotoksin terjadi dalam bentuk kombinasi, melibatkan lebih dari satu jenis mikotoksin. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih jenis toxin binder yang tepat guna mengikat mikotoksin tersebut.

 

2.      Mengurangi Produktivitas Ternak

 

Kontaminasi mikotoksin pada ternak dapat menurunkan konsumsi pakan sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Mikotoksin juga dapat memicu peradangan pada saluran pencernaan dan menghambat pertumbuhan vili usus (Anas et al., 2020), yang pada akhirnya mengganggu penyerapan nutrisi.

 

Mikotoksin yang masuk ke tubuh ternak akan terakumulasi dan menyebar ke organ-organ dalam, memberikan dampak negatif pada performa produksi serta kualitas telur. Selain itu, kombinasi beberapa jenis mikotoksin dapat menghasilkan efek yang lebih berbahaya dibandingkan kontaminasi tunggal. Mikotoksin menghambat proses penyerapan di usus serta produksi enzim, sehingga penyerapan vitamin D₃ dan kalsium tidak berlangsung secara optimal. Akibatnya, kualitas kerabang telur menurun, ditandai dengan kerabang yang tipis, pucat, dan mudah retak atau pecah.

 

3.      Mengganggu Kesehatan Ternak

 

Peningkatan kadar kontaminasi mikotoksin dapat berdampak negatif pada kesehatan ternak. Beberapa efek yang ditimbulkan antara lain bersifat karsinogenik (memicu kanker), teratogenik (mengganggu perkembangan janin), neurotoksik (merusak sistem saraf), hepatotoksik (merusak hati), serta imunotoksik (menekan sistem kekebalan tubuh). Hasil nekropsi menunjukkan berbagai kelainan anatomi yang khas, tergantung pada jenis mikotoksin yang menginfeksi. Beberapa di antaranya adalah hati yang rapuh dan pucat, erosi pada gizzard, pembengkakan ginjal, serta perdarahan pada lemak pangkal paha.

Tingkat keparahan efek mikotoksin bergantung pada kondisi kesehatan ternak, durasi paparan, serta jumlah mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu dampak yang paling berbahaya adalah sifat imunosupresif mikotoksin, yang dapat menurunkan respons imun ternak, mengganggu efektivitas vaksinasi, dan membuka peluang bagi infeksi penyakit lain. Dalam kasus yang lebih parah, paparan mikotoksin dapat menyebabkan kematian.