Biosekuriti Garda Terdepan Pencegahan Flu Burung
Memasuki musim penghujan, menjadikan para peternak lebih waspada terhadap berbagai macam penyakit di peternakan. Curah hujan dan kelembapan yang tinggi membuat perkembangan bibit penyakit lebih cepat. Salah satu penyakit yang kerap meningkat di musim penghujan adalah Avian Influenza (AI) atau yang biasa disebut dengan Flu Burung.
Penyakit AI (Avian Influenza)
Avian Influenza merupakan penyakit yang menyerang sistem organ pada ayam. Virus ini berasal dari golongan Orthomyxoviridae. Penyakit ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) pada ternak cukup tinggi sehingga menyebabkan angka culling meningkat. Penyakit ini bersifat zoonosis yang selain dapat menular dari unggas ke unggas lain dapat pula menular dari unggas ke manusia.
Gejala Penyakit dan Penyebaran Flu Burung
Gejala flu burung yang sering ditemukan pada unggas yang terjangkit antara lain:
1. Jengger dan pial membengkak dengan warna kebiruan.
2. Perdarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah (ptechie).
3. Adanya cairan pada mata dan hidung (gangguan pernapasan).
4. Keluar cairan eksudat jernih hingga kental dari rongga mulut.
5. Diare pada ayam.
6. Kerabang telur lembek/tipis.
7. Tingkat kematian sangat tinggi mendekati 100% (kematian dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu).
Sedangkan media penyebaran dan penularan dapat melalui kotoran unggas, sarana transportasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan, dan burung liar.
Penerapan Biosekuriti di Peternakan
Penerapan biosekuriti bertujuan untuk mengurangi jumlah bibit penyakit dalam kandang. Apabila tata kelola kandang para peternak masih secara tradisional tanpa adanya benteng pertahanan berupa biosekuriti, maka manajemen pemeliharan untuk pencegahan AI yang berupa program kesehatan saja tidak akan cukup. Penerapan 3 zona (bersih, transisi, kotor) biosekuriti juga harus dilakukan, di sisi lain semprot desinfektan secara menyeluruh tidak hanya pekerja, kandang, dan lingkungan, tetapi desinfeksi air minum juga perlu dilakukan.
Penerapan biosekuriti pada tingkat sistem produksi unggas dikelompokkan menjadi 4 sektor. Berikut bagan penjelasan berdasarkan kelompok biosekuriti tersebut :
a. Sektor 1: Peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level Biosekurity) sesuai dengan prosedur standar. Contoh dari sektor ini adalah golongan industrial integrated system seperti pembibitan (breeding farm), dengan populasi besar sekitar 20.000 - 500.000 ekor.
b. Sektor 2: Peternakan komersial dengan moderate to high level biosecurity. Sektor ini mencakup peternakan dengan ruangan tertutup/indoor, sehingga unggas dan burung lain tidak dapat kontak dengan ternak ayam (penggunaan kandang closed house atau semi closed house), dengan populasi sekitar 10.000 - 20.000 ekor.
c. Sektor 3: Peternakan komersial yang melaksanakan biosekuriti apa adanya dan masih terdapat kontak dengan unggas lain atau orang yang masuk peternakan, dengan populasi 10 - 10.000 ekor.
d. Sektor 4: Unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional dengan minimal biosekuriti, produknya ditujukan (dikonsumsi atau dijual) untuk kebutuhan daerah setempat. Peternakan yang termasuk dalam sektor ini adalah ayam buras di daerah kampung, dengan populasi 1 - 10 ekor.
Mengingat bahwa virus AI dapat menular ke manusia (zoonosis), maka tindakan pencegahan serta pengendalian terhadap AI harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Selain biosekuriti, vaksinasi, eliminasi ayam sakit, pengawasan lalu lintas ternak unggas juga perlu diterapkan. Semoga bermanfaat.