Bahaya Koksidiosis Terhadap Produktivitas Sapi

Kamis, 04 Desember 2025 09:12 Podomoro Feedmill

Koksidiosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa ordo Koksidia, famili Eimeriidae genus Eimeria yang cepat berkembang biak di saluran pencernaan dan

Manajemen pemeliharaan sapi potong selalu menghadapi berbagai tantangan yang dapat menghambat produktivitas daging maupun menurunkan performa reproduksi ternak, termasuk gangguan kesehatan akibat penyakit tertentu. Salah satu penyakit yang kerap ditemukan pada usaha peternakan sapi potong adalah koksidiosis.

A.     Apa itu Koksidiosis

 

Koksidiosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa ordo Koksidia, famili Eimeriidae genus Eimeria yang cepat berkembang biak di saluran pencernaan dan paling sulit dikendalikan di peternakan sapi dibandingkan dengan protozoa gastrointestinal lainnya. Parasit ini mampu menyebabkan diare akut dan sekitar 75% kasus koksidiosis pada pedet berakhir dengan kematian.

 

Pada sapi yang mengalami diare hitam, kotorannya sering mengandung telur parasit (oosit) yang berbentuk bulat kecil. Telur ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya bisa ditemukan melalui pemeriksaan laboratorium. Telur inilah yang menjadi sumber penularan penyakit ke sapi lainnya. Parasit koksidia hidup dan berkembang di bagian bawah usus kecil dan usus besar sapi. Di bagian ini parasit merusak jaringan usus dan menimbulkan gejala penyakit.

 

B.      Tanda-tanda Sapi Terkena Koksidiosis

 

Pada koksidiosis berat, sapi mengalami diare mendadak yang sangat banyak, berwarna hitam atau gelap, berair, dan sering bercampur darah. Sapi terlihat mengejan kuat saat buang kotoran, bagian belakang tubuh kotor oleh feses berdarah, dan hewan tampak lemas, kehilangan nafsu makan, kurus, mengalami dehidrasi dan anemia. Jika tidak segera diobati, sapi dapat mati dalam 5–7 hari.

 

Penyakit koksidiosis sering muncul ketika anak sapi mengalami stres, misalnya saat penyapihan dari induk, kekurangan pakan bergizi, kandang yang terlalu padat, transportasi jarak jauh, atau ketika cuaca tiba-tiba dingin dan basah. Sapi biasanya membentuk kekebalan pada usia 6 bulan, tetapi kekebalan bisa melemah, seperti pada sapi perah usia 2–3 tahun menjelang melahirkan.

 

C.      Siklus Hidup Parasit

 

Parasit menghasilkan oosit (telur parasit) dalam usus sapi dan keluar bersama kotoran. Di lingkungan yang lembap, oosit berkembang menjadi bentuk yang mampu menular dalam waktu 5–9 hari pada suhu 20°C atau 2–5 hari pada suhu 30°C. Sapi tertular ketika memakan rumput atau minum air yang tercemar oosit. Setelah masuk ke dalam usus, oosit pecah dan parasit merusak dinding usus, menimbulkan gejala diare.

 

D.     Pengobatan dan Pencegahan

 

Pengobatan koksidiosis dapat diberikan menggunakan obat seperti sulfonamida atau toltrazuril melalui resep dokter hewan. Pengobatan terbaik dilakukan sebelum gejala berat muncul, yaitu saat parasit masih berkembang di usus sebelum menghasilkan oosit. Jika terlambat, kerusakan usus mungkin sudah terlalu parah.

 

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, memastikan tempat pakan dan air selalu bersih dan tidak terkena feses, serta menjaga kandang tetap kering dengan drainase yang baik. Jika kandang terlalu padat, perlu dipisahkan atau ditambah ruang. Obat pencegahan juga dapat dicampurkan ke dalam pakan atau susu pengganti untuk melindungi anak sapi dari infeksi berat.