Senin, 19 Oktober 2020 09:10 Podomoro Feedmill
Indonesia mempunyai beberapa rumpun ayam lokal yang mempunyai ciri spesifik dan dilestarikan sebagai plasma nutfah daerah. Salah satu ayam lokal yang mempunyai karakteristik yang khas dan potensi tinggi untuk dikembangkan adalah Ayam Kedu. Ayam Kedu lebih dikenal dengan sebutan Ayam Cemani atau Ayam Selasih. Bahkan tahun 2012, melalui keputusan Kementan RI, telah ditetapkan tentang Rumpun Ayam Kedu.
Penetapan Rumpun Ayam Kedu
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 2487/Kpts/LB.430/8/2012 tentang penetapan Rumpun Ayam Kedu. Dimana Ayam Kedu sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia. Asal usul Ayam Kedu berasal dari hasil seleksi ayam asli Indonesia terhadap warna bulu, bentuk tubuh, ciri spesifik dan produktivitas yang dilakukan sejak tahun 1926.
Ayam Kedu merupakan salah satu sumberdaya genetik ternak lokal asli dari Kabupaten Temanggung yang sudah populer dan mempunyai karakteristik spesifik serta keunggulan produktivitas dibandingkan dengan Ayam Buras pada umumnya. Ayam Kedu telah dibudidayakan oleh masyarakat secara turun-temurun di wilayah Temanggung (Provinsi Jawa Tengah). Wilayah sebaran Ayam Kedu terdapat di Pulau Jawa, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Jenis Ayam Kedu
Ayam Kedu yang masih banyak dijumpai saat ini adalah ayam Kedu Hitam, Kedu Putih, Kedu Merah dan Kedu Lurik serta ayam Kedu Cemani yang mempunyai karakteristik spesifik ditandai dengan seluruh warna bulunya yang hitam, bahkan seluruh tubuhnya dari kulit, daging, tulang, paruh, cloaca, jengger, muka dan kaki berwarna hitam.
Potensi Beternak Ayam Kedu
Ayam Kedu memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai strain unggul ayam ras lokal nusantara. Dapat dibudidayakan sebagai ayam pedaging, petelur dan mempunyai keunikan tersendiri karena pada Ayam Kedu Cemani di seluruh tubuhnya berwarna hitam. Selain itu Ayam Kedu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Alasan yang mendorong masyarakat untuk membudidayakan Ayam Kedu antara lain, karena bisa cepat untuk berkembang biak. Daging dan telur Ayam Kedu banyak diminati konsumen sehingga tidak kesulitan dalam pemasarannya, meskipun harga yang relatif mahal dari jenis ayam buras lainnya. Secara teknis, budidaya Ayam Kedu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, pakan mudah untuk didapatkan seperti sisa-sisa hasil pertanian atau sisa bahan dapur dan lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Setelah ditetapkannya Ayam Kedu sebagai Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT), pemerintah berharap untuk dapat menggali potensi dan memanfaatkan Sumber Daya Hayati Ternak. Agar mencapai dengan apa yang diharapkan, maka diperlukan kerjasama antara peternak dan pemerintah. Semoga bermanfaat ya,.