Jumat, 13 Juni 2025 14:06 Podomoro Feedmill
Kesehatan ternak
merupakan faktor penting dalam usaha peternakan sapi potong atau sapi perah
untuk mencapai produktivitas optimal, baik dalam hal susu maupun daging. Namun,
kesehatan ternak sering terganggu akibat berbagai faktor, seperti penyakit,
manajemen pemeliharaan yang kurang tepat, dan faktor lainnya. Salah satu
gangguan kesehatan yang sering terjadi adalah diare, baik pada pedet maupun
sapi dewasa.
Diare merupakan gejala
gangguan sistem pencernaan, terutama pada bagian usus, yang tidak mampu
menyerap cairan dengan baik. Hal ini menyebabkan peningkatan frekuensi buang
air besar disertai perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer dibandingkan
dengan feses normal. Diare dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1.
Diare
sekretori
Terjadi akibat peningkatan sekresi cairan ke saluran
usus, biasanya disebabkan oleh toksin, di mana mukosa usus tidak mampu menyerap
cairan dengan baik.
2.
Diare
malabsorpsi
Disebabkan oleh kerusakan pada sel dan vili usus serta
berkurangnya aktivitas enzim pencernaan, yang menyebabkan penyerapan cairan
lebih sedikit.
3.
Diare
inflamasi
Terjadi akibat peradangan atau kerusakan pada dinding
usus karena infeksi patogen, di mana darah, serum, dan mukus dilepaskan ke
usus. Feses pada kondisi ini sering kali disertai darah.
4.
Diare
motilitas
Disebabkan oleh gangguan pada pergerakan usus, yang
menyebabkan pakan tidak terserap dengan baik.
Penyebab Diare
Penting untuk mengetahui
penyebab diare untuk menentukan langkah penanganan atau pencegahan. Secara
umum, penyebab diare dapat dibedakan menjadi dua kategori: diare non-infeksius
dan diare infeksius.
A. Diare Non-Infeksius
Diare non-infeksius dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Perubahan pakan secara mendadak atau
pakan berkualitas buruk yang mengganggu keseimbangan mikroba pencernaan.
2. Kualitas calf milk replacer (CMR)
atau pengganti susu induk sapi yang buruk dapat menyebabkan diare pada pedet.
3. Toksin dari tanaman atau jamur pada
pakan yang merusak sel lapisan usus dan memicu peradangan.
4. Stres akibat cuaca ekstrem, pasca
transportasi, atau pindah kandang dapat memicu diare.
B. Diare Infeksius
Diare infeksius terjadi
akibat infeksi oleh patogen (virus, bakteri, dan parasit) yang dapat menular
antar ternak. Beberapa patogen penyebab diare pada sapi antara lain:
1. Virus Rotavirus, Coronavirus,
dan Pestivirus (Bovine Viral Diarrhea/BVD) sering menyebabkan diare pada
pedet berumur di bawah 3 minggu. Infeksi rotavirus biasanya terjadi pada pedet
berumur 6 hari, sedangkan infeksi coronavirus pada umur 7-10 hari. Penularan
virus ini bisa terjadi secara langsung melalui kontak dengan ternak sakit atau
tidak langsung melalui lingkungan yang terkontaminasi. BVD, berbeda dengan
rotavirus dan coronavirus, dapat terjadi pada pedet maupun sapi dewasa dan
menular melalui kontak langsung, tidak langsung, dan vertikal dari induk ke
fetus.
2. Bakteri Escherichia coli (E. coli)
dan Salmonella sp. sering menjadi penyebab diare pada sapi. E.
coli adalah bakteri yang ada secara alami di saluran pencernaan, namun
beberapa strainnya dapat menjadi patogen dan menyebabkan diare. Penularan
terjadi melalui kontak langsung dengan sapi yang sakit atau tidak langsung
melalui media yang terkontaminasi, seperti air minum.
3. Protozoa Cryptosporidium sp. dan Eimeria sp. menginfeksi
saluran pencernaan sapi, dengan Cryptosporidium lebih sering menyerang
pedet berumur 1-2 minggu, sementara Eimeria bisa menginfeksi sapi dewasa.
Infeksi ini terjadi ketika sapi mengonsumsi ookista yang tercemar di air minum
atau media lain.
4. Cacing Toxocara vitulorum dan
Fasciola gigantica juga sering menyerang kesehatan sapi. Toxocara vitulorum,
cacing gilig yang sering ditemukan pada pedet, hidup di usus halus, sedangkan
Fasciola gigantica, cacing pipih yang sering disebut cacing hati, hidup di hati
dan saluran empedu. Cacing ini dapat menular melalui konsumsi larva yang ada di
lingkungan atau melalui transplasenta dan kolostrum dari induk yang terinfeksi.
Gejala Klinis dan
Dampak Diare
Gejala umum diare pada
sapi termasuk peningkatan frekuensi buang air besar dengan feses yang lebih
encer. Gejala ini dapat disertai penurunan nafsu makan dan berat badan. Feses
yang lebih encer disebabkan oleh peningkatan sekresi cairan ke usus dan
penurunan kemampuan usus dalam menyerap cairan. Perubahan warna feses, seperti
menjadi putih kekuningan atau hijau kekuningan, juga bisa terjadi. Dalam
beberapa kasus, terdapat darah dalam feses, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi BVD, Salmonella sp., atau Eimeria sp.
Jika diare berlangsung
lama, sapi dapat mengalami dehidrasi akibat kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan, sehingga ternak lebih sering berbaring dan terlihat lemas. Tanpa
penanganan yang tepat, diare yang parah dapat menyebabkan kematian pada ternak.
Diare merupakan masalah
serius dalam peternakan sapi yang dapat menimbulkan berbagai kerugian. Secara
langsung, sapi yang mengalami diare akan mengalami penurunan produktivitas,
baik dalam hal susu maupun daging. Pada pedet, diare dapat menghambat
pertumbuhan, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai target berat
badan.
Diare yang disertai
dehidrasi parah dapat menyebabkan kematian, yang tentu saja merugikan peternak.
Selain dampak langsung, diare juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh
ternak, terutama pada kasus diare kronis, sehingga ternak lebih rentan terhadap
penyakit lainnya.
Feses ternak yang
mengalami diare akibat infeksi juga dapat menjadi sumber penularan penyakit ke
ternak lain. Selain itu, peternak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk
mengobati ternak yang terinfeksi diare.
Penanganan Dan Pencegahan
Diare
Diare pada ternak
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Sebelum penanganan dilakukan,
penting untuk mengetahui penyebab diare (diagnosis) agar tindakan yang diambil
sesuai.
Langkah-langkah
penanganan yang dapat dilakukan antara lain:
1.Pisahkan
ternak yang sakit dari ternak yang sehat
2. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk menentukan diagnosis dengan mengumpulkan informasi melalui anamnesa,
gejala klinis secara keseluruhan, dan uji laboratorium jika memungkinkan. Dalam
proses diagnosis dan penanganan, penting untuk berkonsultasi dengan tim medis
kesehatan hewan.
3. Untuk mengatasi gejala diare, berikan
obat antidiare Diaquit. Diaquit mengandung kombinasi prebiotik, mineral, dan
antidiare. Prebiotik dalam Diaquit membantu mengurangi diare dengan
memodifikasi ekosistem gastrointestinal dan mengurangi kolonisasi patogen dalam
usus. Mineral berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh, sementara kandungan
antidiare bekerja mengikat bahan beracun penyebab diare.
4. Larutkan Transolit dalam air minum
untuk mengembalikan cairan tubuh (rehidrasi).
5. Apabila telah diketahui penyebabnya,
berikan pengobatan sesuai dengan diagnosis. Jika diare disebabkan oleh infeksi
bakteri, antibiotik seperti G-Mox 15% LA Inj, Medoxy LA, atau Trimezyn Bolus
dapat diberikan. Pada infeksi protozoa Eimeria sp., dapat diberikan Toltradex,
sedangkan untuk mengatasi cacingan, berikan obat cacing berspektrum luas
seperti Wormzol Suspensi.
6. Jika diare disebabkan oleh faktor
non-infeksius, perbaiki manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan, serta
berikan suplemen seperti Digesfit untuk mengatasi gangguan pencernaan akibat
faktor non-infeksius.
7. Medipiron Injection dapat diberikan
untuk mengatasi demam dan peradangan saluran pencernaan akibat agen infeksius.
Pemberian vitamin seperti Injekvit B-Plex juga penting sebagai terapi suportif
untuk meningkatkan sistem imun ternak dan mempercepat proses penyembuhan.
8. Pastikan pemberian pakan berkualitas
dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak.
9. Jaga kebersihan kandang dan
lingkungan sekitar kandang untuk menghindari kondisi kotor dan becek.
Upaya Pencegahan
Pencegahan merupakan
langkah penting untuk mengurangi kejadian diare pada ternak dan mencegah
kerugian yang ditimbulkan. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Lakukan karantina selama 14 hari dan
periksa kesehatan ternak yang baru didatangkan ke peternakan.
2. Isolasi ternak yang bergejala sakit
segera untuk mencegah penularan.
3. Berikan kolostrum pada pedet segera
setelah dilahirkan. Pada satu jam pertama, berikan kolostrum sebanyak 2-4 liter
atau 10% dari berat badan. Lanjutkan pemberian kolostrum pada 6, 12, dan 24 jam
setelah kelahiran sebanyak 5% dari berat badan pedet.
4. Terapkan program kesehatan dengan
rutin memberikan obat cacing (seperti Wormzol Suspensi/Wormzol B) setiap 3-4
bulan.
5. Jaga kebersihan kandang dan lakukan
desinfeksi rutin menggunakan produk seperti Medisep/Sporades.
6. Pastikan kepadatan ternak sesuai
dengan kapasitas kandang.
7. Terapkan personal hygiene yang baik
selama pemeliharaan dan kontak dengan ternak.
8.
Berikan
pakan bernutrisi dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan ternak. Mix Plus
Cattle Pro dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral, dan asam
amino pada pakan ternak.
Diare pada sapi masih merupakan gangguan pencernaan
yang sering terjadi di Indonesia. Mengingat kerugian ekonomi yang tinggi akibat
diare, pencegahan yang tepat dan penanganan yang cepat sangat diperlukan untuk
mengurangi dampak negatifnya.