Prinsip Dasar Penggunaan Mesin Tetas
Area penetasan (hatchery) biasanya terdiri dari ruang penyimpanan telur, jalur transportasi telur, ruang hatchery dan ruang seleksi. Sebelum memasuki proses inkubasi, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan telur, penyimpanan telur tetas, dan persiapan mesin tetas. Perlu adanya manajemen khusus seperti sanitasi, disinfeksi serta fumigasi mesin tetas untuk mencegah penularan bibit penyakit (patogen) di dalam mesin tetas. Inilah penjelasan mengenai prinsip dasar penggunaan mesin tetas.
1. Penyimpanan Telur (sebelum masuk mesin tetas)
Jika telur terlalu lama disimpan, maka daya tetas akan terus menurun. Telur yang dimasukkan ke dalam mesin tetas berumur 3-4 hari. Jadi lama penyimpanan telur yang paling baik sekitar <4 hari.
Ruang penyimpanan telur sebaiknya tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jika suhu lingkungan panas (>27°C) embrio akan berkembang terlalu cepat dan tidak normal, kebanyakan mati sebelum atau sesudah berada dalam mesin tetas. Sebaliknya jika disimpan pada suhu yang terlalu dingin, maka daya tetas akan menurun. Suhu di ruang penyimpanan telur yang baik sekitar 18,3°C jika telur disimpan tidak lebih dari 14 hari. Jika telur tetas akan disimpan lebih dari 14 hari, maka penyimpanan telur sekitar 10,5°C.
Mesin tetas harus dicuci dan setelah kering didisinfeksi (TRIPPLE KILL) serta difumigasi menggunakan KMnO4 dan formalin 40%. Fumigasi dilakukan dengan cara meletakkan KMnO4 dalam cawan (wadah) di dalam mesin tetas, kemudian tuang formalin 40% dan pintu mesin segera ditutup. Ruangan dalam mesin seluas 1m³ membutuhkan KMnO4 6 gram dan formalin 40% 12-15 ml.
Sebelum masuk mesin tetas, telur tetas perlu mengalami pemanasan terlebih dahulu pada suhu 24-27°C selama 6-8 jam untuk merangsang embrio memulai pertumbuhannya serta menghindari perbedaan suhu yang drastis dari ruang penyimpanan ke mesin tetas (Cobb Hatchery Management Guide, 2015).
2. Suhu dan Kelembaban Ruang Mesin Tetas
Suhu dan kelembaban menentukan tingkat pertumbuhan embrio, keberhasilan perkembangan organ-organ tubuh hingga tingkat daya tetas. Kelembaban juga berfungsi mengontrol cairan dalam telur dan merapuhkan kerabang telur, agar mempermudah DOC memecahkan kerabang. Jika kelembaban tinggi dapat menyebabkan air terlalu banyak masuk melalui pori-pori kerabang hingga terjadi penimbunan cairan di dalam telur.
Embrio akan berkembang dengan baik pada suhu ruang setter 37,8°C sampai hari ke-18 dan suhu diturunkan 0,5°C menjadi 37,3°C pada fase hatcher. Namun pengaturan temperatur mesin tetas ini bisa diatur dalam tiga tahap yaitu early (hari 1-10), middle (hari 10-18), dan late (hari 19-21) untuk memudahkan pengontrolan kematian embrio saat inkubasi (Farghly, 2015).
3. Ventilasi / Sirkulasi Udara Mesin Tetas
Pengaturan ventilasi udara di dalam mesin tetas dibuat sedemikian rupa untuk membantu pertukaran udara. Biasanya dibantu oleh kipas sehingga udara kotor dalam mesin tetas segera berganti dengan cepat.
4. Kestabilan Pemanas
Kestabilan sumber pemanas yang dihasilkan mesin tetas harus menyerupai panas tubuh induk ayam. Sumber pemanas dapat berasal dari listrik, minyak tanah, gas atau batu bara. Kestabilan suhu dapat dibantu dengan penggunaan sebuah termoregulator yang terpasang di dalam mesin.
5. Pemutaran Telur dan Seleksi
Proses pemutaran bertujuan untuk meratakan suhu dan melawan gaya gravitasi, sehingga posisi embrio di dalam telur tetap baik dan mencegah terjadinya penempelan pada selaput kerabang. Pada umumnya untuk mesin tetas otomatis sudah dilakukan pemutaran telur 1 kali tiap jam secara otomatis. Perlu diperhatikan bahwa periode 1 minggu pertama pengeraman merupakan masa kritis. Salah satu tanda dari pemutaran telur yang tidak benar yaitu kematian dini embrio. Meskipun ada embrio telur yang berkembang menjadi anak ayam, biasanya gagal dalam meretakkan kerabang telur.
Seleksi telur fertil dilakukan dengan cara candling (telur disorot dengan lampu kemudian diamati) minimal setelah 72 jam telur dalam mesin tetas (dierami). Telur fertil memperlihatkan adanya titik hitam atau bercak pembuluh darah yang terpancar dari bayangan telur tersebut. Jika lebih besar dan gelap pada bayangan maka embrio terlihat lebih nyata di dalamnya.
6. Lama Pengeraman Telur Tetas
Masa pengeraman dari berbagai jenis unggas berbeda satu sama lain, tergantung dari ukuran telur. Semakin besar ukuran telur maka semakin lama masa pengeramannya, berikut tabel lama proses penetasan pada berbagai jenis unggas.
Demikian pengenalan tentang mesin tetas dan prinsip dasar penggunaannya. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan untuk pelaku usaha budidaya perunggasan terutama penetasan telur.
Baca juga : Jenis Mesin Tetas dan Keunggulannya