Kamis, 24 September 2020 15:09 Podomoro Feedmill
Telur ayam ras merupakan bahan pangan hewani sumber protein yang mudah didapat dari sisi ketersediaan dan keterjangkauan harga, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah (Arifin 2016). Namun, fluktuasi harga dan pasokan telur ayam ras masih sering terjadi, yang menyebabkan permasalahan bagi peternak di saat harga jatuh (turun) dan bagi konsumen pada saat harga tinggi (naik). Berikut faktor yang menyebabkan fluktuasi harga telur berubah cukup cepat setiap harinya.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Harga Telur
1. Permintaan dan Jumlah Pasokan Telur
Harga telur ayam yang ada di pasaran seringkali mengalami fluktuasi. Harga telur naik atau turun dengan cukup cepat. Setiap kali permintaan telur di masyarakat tinggi, misalnya saat menjelang lebaran pasti harga telur akan meningkat. Namun, jika diasumsikan permintaan tetap, maka harga telur dapat dipengaruhi oleh jumlah pasokan telur ke pasar.
2. Nakalnya Oknum Pedagang
Selama ini dan selalu berulang, ada pasokan telur pada waktu-waktu tertentu tidak hanya dari kegiatan budidaya, tetapi juga dari kegiatan breeding farm. Di lingkungan peternak ayam produk telur dari kegiatan breeding farm biasa disebut dengan telur HE (hatched egg) atau telur infertil. Banyak pedagang yang memanfaatkan peluang ini dengan cara menjual telur ayam infertil. Akibatnya harga telur konsumsi akan menurun drastis, berlangsung sampai pasokan telur infertil habis sekitar 5-7 hari.
Larangan menjual telur HE diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Dalam Bab III pasal 13 disebutkan, pelaku usaha integrasi, pembibitan GPS, pembibitan PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur bertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.
3. Adanya Keputusan Peternak Melakukan Afkir Dini
Permintaan ayam dan harga ayam cenderung naik menjelang lebaran, sehingga peternak melakukan afkir dini pada ayam petelur. Namun, akibat banyak peternak yang afkir induk secara dini menjelang lebaran, menyebabkan pasokan telur sebulan setelah lebaran turun. Sedangkan setelah itu kebutuhan kembali normal, sehingga harga telur konsumsi kembali naik.
Selain afkir induk dini yang disebabkan harga ayam naik, juga disebabkan karena harga bahan baku pakan yang tinggi (naik). Pada kondisi ini peternak dan pengusaha melakukan perhitungan untuk afkir induk lebih dini.
4. Harga Pakan Ternak
Ketidakstabilan harga telur konsumsi berasal dari harga pakan ternak yang tinggi. Kenaikan harga jagung karena pasokan kurang berakibat pada harga pakan ikut naik. Selain itu bahan baku pakan kadang masih impor, hal ini menjadi salah satu penyebab fluktuasi harga telur di pasaran. Untuk itu, diperlukan adannya pengawasan yang ketat terhadap penjualan harga pakan ternak.
5. Adanya Serangan Penyakit Massal
Pada kondisi tidak normal, dimana ada serangan penyakit unggas bahkan massal sepeti AI dan EDS. Berakibat pada penurunan produksi telur 80-90% atau melakukan afkir ayam yang berujung kondisi pasokan telur semakin menurun. Sehingga harga telur konsumsi pasti meningkat.
Namun, saat ini kenyataanya harga telur di tingkat konsumen sedikit lebih fluktuatif dibandingkan di tingkat produsen dengan pola pergerakan yang relatif sama. Semoga bermanfaat ya,.