Selasa, 21 Januari 2020 06:01 Podomoro Feedmill
Sampai saat ini, penanganan mikotoksikosis pada unggas sering kali terlambat dan kadang terabaikan. Mengingat skala prioritas dalam pengobatan unggas lebih spesifik fokus ke penyakit viral, bakterial, dan parasitik lainnya. Sehingga, penyakit yang disebabkan mikotoksin ini dapat menyebabkan imunosuppresion. Akibatnya, kekebalan tubuh unggas menurun dan akan mudah terinfeksi virus atau bakteri yang gejalannya lebih nampak jelas dari pada infeksi mikotoksin.
Kenapa Harus Mikotoksikosis?
Mikotoksikosis merupakan penyakit unggas yang akan muncul jika unggas mengkonsumsi pakan atau bahan pakan yang tercemar mikotoksin. Mikotoksin sendiri adalah metabolit sekunder produk dari kapang berfilamen, dimana dalam beberapa situasi, dapat berkembang pada makanan yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Fusarium sp, Aspergillus sp dan Penicillium sp merupakan jenis kapang yang paling umum menghasilkan racun mikotoksin dan sering mencemari makanan manusia dan pakan hewan. Kapang tersebut tumbuh pada bahan pangan atau pakan, baik sebelum dan selama panen atau saat penyimpanan yang tidak tepat (Binder 2007; Zinedine & Mañes 2009).
Gejala Spesifik Akibat Mikotoksin
Mikotoksin yang sering terjadi disebakan oleh Aspergilus fumigatus, dimana sering mengkontaminasi bahan pakan terutama jagung ditempat penyimpanan. Berikut gejala spesifiknya:
1. Dalam bentuk akut, ayam umur 3 - 5 hari setelah chick in kandang mengalami gejala kesulitan bernafas, bernafas dengan mulut (panting) dengan frekuensi yang cukup sering, tapi tidak terdengar ngorok. Ayam yang terinfeksi berat akan mati dengan mortalitas 5%-20%. ketika melakukan bedah bangkai kondisi hati yang membesar rapuh dan pucat.
2. Dalam bentuk kronis, tergantung dari kadar dan lamannya cemaran toksik mikotoksin. Gejala yang timbul seperti ayam lemas tidak nafsu makan, sianosis / kebiruan pada bagian kulit kepala dan jengger dan berlanjut kematin. Mortalitas kurang dari 5%.
3. Pencapaian pertumbuhan bobot badan tidak maksimal, disertai pertembuhan ayam yang tidak seragam. Hal ini terjadi karena, organ yang paling dipengaruhi mikotoksin adalah saluran pencernaan unggas.
4. Penurunan produksi telur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini terjadi karena aflatoksin menghambat proses pematangan sel telur.
Pencegahan dan Penanganan Mikotoksikosis
Agar farm aman dari mikotoksin yang mencemari bahan pakan dan pakan ayam maka perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Melakukan seleksi ketat manajemen pengadaan bahan paku terutama jagung, ketika melakukan self mixing atau semi self mixing. Pemilihan bentuk fisik yang baik sesuai standart juga perlu dilakukan.
2. Melakukan pengaturan sirkulasi udara di gudang, mencegah kebocoran atap gudang serta rembesan air agar memeroleh kelembaban yang sesuai. Melakukan pembersihan rutin pada alat produksi pakan.
3. Melakukan fumigasi secara berkala.
4. Perbaikan manajemen kandang difarm, manajmen litter, dan manajemen brooding agar lebih diperhatikan.
5. Pengaturan manajemen penyimpanan pakan, agar tidak menumpuk melebihi ambang batas.
6. Pemberian multivitamin yang mampu meningkatkan kadar protein dan lemak dalam pakan sehingga dapat menekan kerugian karena mikotoksin. Pemberian antibiotik yang relevan untuk menekan penyakit pernafasan dan penyakit pencernaan yang disinyalir merupakan infeksi sekunder akibat adanya infeksi mikotoksin. Dalam hal ini perlu sekali diagnosa yang tepat dan akurat terkait hal hal yang sedang terjadi di lapangan.
Mikotoksikosis merupakan penyakit infeksius yang hampir terlupakan oleh pelaku usaha perunggasan. Padahal jika tercemar sedikit saja pada pakan, maka peternak dipastikan akan merugi karena pakan merupakan biaya tertinggi dalam produksi peternakan unggas. Sehingga peternak perlu adannya edukasi dan simultan kembali mengenai pentingnya menjaga kualitas pakan dari cemaran toksin yang akan mengakibatkan infeksi mikotoksikosis.