Rabu, 07 Mei 2025 09:05 Podomoro Feedmill
Ayam merupakan jenis unggas yang rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk kolera, yang bahkan dapat menular ke
manusia. Mengingat risikonya yang cukup tinggi, para peternak perlu memahami penyakit
ini dengan baik. Dalam pembahasan kali ini, akan dijelaskan mengenai penyakit
kolera pada ayam. Pastikan untuk menyimak penjelasannya hingga akhir agar
mendapatkan informasi yang lengkap dan menyeluruh.
A.
Penyebab dan
Penyebaran
Fowl
cholera merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella
multocida (P. multocida) dan dikenal pula dengan sebutan avian
pasteurellosis atau avian hemorrhagic septicemia. Penyakit ini tersebar secara
global, termasuk di Indonesia, dan dapat menyerang berbagai unggas seperti
ayam, itik, kalkun, angsa, burung peliharaan, serta unggas air lainnya.
Ayam
dan kalkun menjadi jenis unggas yang paling rentan terhadap penyakit ini.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, kasus fowl cholera sering ditemukan pada
ayam petelur, pedaging, pejantan, pembibit, itik, dan puyuh, terutama selama
musim pancaroba (April–Juni). Peningkatan kasus pada masa tersebut berkaitan
dengan perubahan cuaca ekstrem yang menyebabkan stres dan penurunan sistem imun
pada unggas.
B.
Karakteristik
Bakteri
Pasteurella
multocida merupakan bakteri Gram-negatif yang
tidak memiliki kemampuan gerak (non-motil), tidak membentuk spora, dan mampu
hidup baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Virulensi serta daya tahan
bakteri ini terhadap pengobatan ditingkatkan oleh keberadaan kapsul dan lapisan
lipopolisakarida yang melindunginya.
Pada
unggas, serotipe yang paling sering menyebabkan infeksi adalah tipe kapsular A
serta tipe somatik 1, 3, dan 4. Di lingkungan yang lembap, bakteri ini dapat bertahan
hidup selama beberapa bulan, namun mudah mati jika terpapar sinar matahari
langsung, kondisi kering, desinfektan, atau suhu tinggi—yakni akan mati pada
suhu 56°C dalam waktu 15 menit.
C.
Penularan
dan Faktor Risiko
Penularan
bakteri ini berlangsung secara horizontal, baik melalui kontak langsung antar
unggas maupun secara tidak langsung lewat air minum, peralatan, lingkungan,
pekerja, serta vektor seperti burung liar, tikus, lalat, dan hewan peliharaan.
Infeksi umumnya masuk melalui saluran pernapasan, mulut, atau luka terbuka,
dengan masa inkubasi berkisar antara 3 hingga 9 hari.
Unggas
dalam usia produktif—yakni 27 hingga 55 minggu untuk ayam petelur dan 3 hingga
4 minggu untuk ayam pedaging—merupakan kelompok yang paling rentan terkena
infeksi. Penyebaran penyakit ini sulit terdeteksi karena unggas dengan infeksi
kronis bisa menjadi pembawa (carrier) yang menularkan bakteri meskipun tidak
menampakkan gejala.
D.
Gejala dan
Patologi
Fowl
cholera pada unggas menunjukkan berbagai gejala, antara lain gangguan pada
sistem pernapasan, keluarnya mukus dari mulut atau hidung, bulu tampak kusam,
diare, serta pembengkakan di area kepala terutama pada kalkun. Pada kasus
perakut, unggas dapat mengalami kematian mendadak tanpa gejala yang terlihat
sebelumnya.
Gejala
pada bentuk akut biasanya muncul beberapa jam sebelum kematian, seperti jengger
yang tampak kebiruan (sianosis) dan diare berwarna hijau. Sementara itu, bentuk
kronis ditandai dengan gejala pernapasan yang terus-menerus serta pembengkakan
lokal pada bagian tubuh tertentu seperti pial, sendi, dan bantalan kaki.
Hasil
nekropsi menunjukkan adanya perdarahan pada organ dalam, hati membesar disertai
nekrosis, peradangan pada ovarium, dan pecahnya folikel. Pada bentuk kronis,
ditemukan pula abses dan peradangan bernanah di beberapa organ tertentu.
E.
Diagnosis
Pengamatan
terhadap gejala klinis dan hasil nekropsi menjadi langkah awal dalam
mendiagnosis fowl cholera. Namun, untuk memastikan diagnosis, diperlukan
isolasi bakteri dari sampel organ yang terinfeksi, kemudian diidentifikasi
menggunakan metode PCR.
Selain
itu, perlu dilakukan diagnosis banding untuk membedakan penyakit ini dari
penyakit lain yang memiliki gejala serupa, seperti Avian Influenza (AI),
Newcastle Disease (ND), fowl typhoid, dan colibacillosis.
F.
Pencegahan
dan Pengendalian
Langkah
utama dalam mencegah fowl cholera adalah penerapan biosekuriti yang ketat serta
manajemen pemeliharaan unggas yang optimal. Tindakan ini mencakup pemisahan
antar spesies unggas, desinfeksi kandang secara rutin, serta pengendalian
vektor seperti tikus dan lalat.
Untuk
memperkuat sistem kekebalan tubuh unggas, pemberian suplemen multivitamin dan
bahan herbal yang bersifat imunostimulan juga dapat dilakukan. Vaksinasi
yang mengandung serotipe 1, 3, dan 4 sangat disarankan, terutama di wilayah
dengan tingkat kejadian penyakit yang tinggi. Vaksin ini diberikan melalui
injeksi intramuskular guna memberikan perlindungan maksimal serta kekebalan
yang bertahan lama.
G.
Pengobatan
Unggas
yang mengalami infeksi parah sebaiknya segera dikarantina dan, jika diperlukan,
dilakukan pemusnahan (culling) untuk mencegah penularan. Pengobatan dapat
dilakukan menggunakan antibiotik yang efektif melawan bakteri Gram-negatif,
seperti sulfonamida, amoxicillin, dan tetracycline.
Namun,
efektivitas pengobatan antibiotik bergantung pada serotipe bakteri yang
menginfeksi serta potensi munculnya resistensi. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan dosis dan lama penggunaan antibiotik agar pengobatan berjalan
optimal.