Mengenal Bungkil Kelapa Sawit Untuk Pakan Unggas

Kamis, 07 Maret 2024 15:03 Podomoro Feedmill

Bungkil inti sawit (BIS) meruapakan bagian kelapa sawit berupa daging dan batok sawit yang hasil dari pemrosesan inti sawit. Pada setiap pengolahan inti sawit, bungkul...

Sebagai negara dengan perkebunan kelapa sawit terluas dan produsen minyak kelapa sawit terbanyak di dunia, pastilah banyak bagian kelapa sawit yang sudah tidak dipakai kemudian dimanfaatkan ulang. Pemanfaatan bagian kelapa sawit yang tidak dipakai dapat berupa pembuatan sapu lidi, membuat peluru dari kelapa sawit. Nah, ada satu lagi bagian dari kelapa sawit yang jarang diketahui dan sangat bermanfaat di sektor peternakan, bahkan diharapkan mampu menunjang ketahanan pangan nasional. Yuk simak penjelasannya

 

Bungkil Inti Sawit (BIS)

 

Bungkil inti sawit (BIS) meruapakan bagian kelapa sawit berupa daging dan batok sawit yang hasil dari pemrosesan inti sawit. Pada setiap pengolahan inti sawit, bungkul inti sawit yang didapat sebanyak 45% dari bagiannya.

 

Dalam hal ini kandungan gizi Bungkil inti Sawit (BIS) sangat bervariasi. Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya sumber, cara pengolahan dan ketepatan analisis dari BIS itu sendiri. Bungkil inti sawit (BIS) cukup potensial digunakan sebagai pakan unggas.

 

Kandungan serat kasar pada bungkil kelapa sawit perlu diperhatikan. Tingginya kandungan serat kasar BIS merupakan suatu kendala dalam memanfaatan BIS sebagai pakan ternak. Penggunaan BIS hanya 10% dalam ransum broiler karena unggas tidak mampu mencerna serat kasar.

 

Tips Pemberian Bungkil Kelapa Sawit Pada Unggas

 

1. Perhatikan Batasan Penggunaannya

 

Batasan penggunaan bungkil kelapa sawit dalam pakan unggas adalah 10%. Selain kandungan lemak kasar yang tinggi, adanya kontaminasi seperti batok dan kulit kelapa yang sangat keras menyebabkan perlukaan pada gizzard dan usus. Serat kasar yang dapat dicerna ayam maksimal 7% sedangkan pada itik maksimal 10%. Kadar lemak kasar hasil formulasi untuk unggas umumnya maksimal 7%. Guna mengurangi serat kasar, penggunaan bungkil kelapa sawit disertai beberapa treatment seperti pengayakan dan penggilingan, proses fermentasi maupun hidrolisis.

 

2. Kontrol Penyimpanan Bahan Baku

 

Atur suhu ruang penyimpanan 30 – 34 °C dan kelembapan < 70%. Gunakan sistem First In First Out (FIFO) yaitu menggunakan pakan yang datang terlebih dahulu dan menggunakan pakan yang kualitas kurang baik terlebih dahulu meskipun baru datang first expired first out (FEFO). Gunakan pallet di bawah tumpukan untuk menambah sirkulasi udara sehingga bahan pakan tidak lembab.

 

3. Penggunaan Antioksidan

 

Pemberian antioksidan pada bahan baku pakan atau pakan yang mengandung lemak tinggi bertujuan untuk mengurangi laju oksidasi. Salah satu contoh antioksidan herbal pada pakan adalah Oreganum vulgare seperti yang terkandung pada Optigrin. Selain adanya zat antioksidan, keunggulan dari Optigrin adalah mampu menekan pertumbuhan mikroba pathogen (alternatif AGP), mengandung imunostimulan serta aman tidak menyebabkan residu dan resistensi. Selain penambahan pada bahan baku pakan maupun pakan, antioksidan juga dapat dicampurkan pada premix.